21 april 2015
Ini bukan kedua
atau ketiga kalinya ini terjadi. Saat aku mulai menjauh dan jatuh kemudian
tanganku seperti rindu untuk digenggam dan menggenggam seseorang yang bisa
menenangkan aku. Aku pernah merasakan genggaman seseorang yang sudah sangat
menaruh hatinya padaku bahkan ketika dia sudah bersama yang lain pun dia masih
berusaha untuk menggenggam tangan ku walau saat itu aku merasa seperti sampah
yang menunggu waktu untuk dibuang olehnya. Dan benar-benar sudah dibuang dengan
baik olehnya saat ini. Sampah tetaplah sampah. Tak ada sampah yang berharga.
Tapi saat ini
bukanlah perasaan saat itu. Bukan perasaan rindu yang demikian. Bukan perasaan
rindu yang selama ini dia ajarkan. Bukan dengan genggaman tangan, pelukan
bahkan bukan juga kecupan. Ini bukan masalah kerinduan fisik seperti itu. Aku
hanya rindu genggaman tangan yang membuat aku kembali mengingat komitmen ku
sebagai seorang yang telah melepaskan itu semua. Tapi entah mengapa harus jatuh
dan jatuh lagi. Aku rindu agar aku selalu berada digenggamanNya tapi aku terus
menjauh dariNya. Seperti kali ini. Aku berusaha menyibukkan diriku dengan
pekerjaan ini itu padahal tak ada satupun yang menghasilkan sesuatu bahkan
bergunapun tidak! Siang tadi aku berfikir, kapankah aku menjadi dewasa jika aku
terus begini dan begini? Mungkin kedewasaan bukan hanya masalah bagaimana kau
dengan si A atau B, bagaimana kau bias mengatasi ini dan itu dengan bijak,
bagaimana kau dapat memasak, merapikan ini itu, urusan rumah tangga dan
lain-lain. Buat ku kedewasaan adalah bagaimana aku bias mengendalikan diriku
dari ke-aku-an-ku. Sedangkan untuk mengendalikan diriku pun aku tak mampu
bagaimana aku dapat mengendalikan orang lain atau bahkan keadaan?! Disaat
seperti ini ingin rasanya bersandar pada dia yang dulu selalu membangkitkan
semmangat dan ingin rasanya kembali menjadi semangat untuknya. Tapi sekarang
aku sadar untuk apa aku hidup bersandarkan orang yang tak dapat menopang aku
malah terus membawa aku ke dalam pencobaan?
Pada dasarnya
masalahku bukan masalah dia di masa lalu tapi Dia yang ku rindukan karena aku
yang mencoba menjauh. Entah kenapa aku harus menjauh padahal Dia selalu berkata
“Mari datanglah!” Dia tak pernah tinggalkan ku bahkan selalu memberikan yang
aku perlu walau aku berusaha menjauh dariNya. Dia. Saat aku berusaha kembali
menjauhkkan diri, hati kecil ku berkata layaknya anak kecil yang rindu
pada ibunya “ ayok datang padaNya, aku
rindu dengan kasihNya, aku rindu ketika aku bisa tersenyum karena Dia, aku rindu
bisa menikmati kebijakan dari Dia, aku rindu bernyanyi untuk Dia, aku rindu
melakukan banyak hal karena dan untuk Dia. Karena Dia-lah yang memberikan aku
hidup. Ayolah, kenapa kau biarkan dirimu jauh dariNya? Tak tahukah kau bahwa
Dia pun merindukanmu lebih dari dia yang dulu pernah bilang tak bisa jauh
darimu? Dia lebih merindukanmu daripada dia yang sudah pergi. Bahkan Dia selalu
berusaha memanggil mu dank au selalu menjauh. Kenapa kau menjauh? Bahkan disaat
kau susah kenapa hatimu selalu kau keraskan? Apakah kau tak percaya pada Dia?!
Padahal Dia sudah sungguh luar biasa mengorbankan segalanya untuk mu. Lipatlah
tanganmu dan menangislah. Rasakan kasihNya, Dia akan memelukmu lebih erat dari
pada dia yang telah melepaskan pelukannya darimu. “ aku bahkan tak tahu siapa
yang menyuruh aku membuka laptop ku dan mulai menuliskan semua ini. Aku bahkan
tak mengerti kenapa aku harus menuliskan ini.
Apakah sulitnya
memulai komitmen untuk kembali bersekutu denganNya? Sangat sulit. Apalagi jauh
dari mereka yang selalu mengingatkan untuk menikmati doa-doa dan kerinduan
bersama denga Tuhan. Tapi aku yakin bahwa tidak ada penyesalan bisa datang ke
Negara ini. Karena aku yakin bahwa aka nada satu hal yang Tuhan inginkan untuk
diubahkan dari ku di tempat ini. Tuhan, biarlah setiap kerinduan ini selalu ku
rasakan dan Kau selalu mengingatkan ku untuk terus rindu padaMu~~
1:41am
Comments
Post a Comment